Rabu, 30 November 2016

penjelasan 5W+1H



Penjelasan Detail dan Contoh-Contoh Kalimat 5W+1H - Bagi para jurnalis atau pencari berita tentunya tidak asing lagi mendengar tentang 5W+1H karena rumus itulah yang menjadi dasar dalam menulis dan mengembangkan sebuah berita. Namun, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan rumus 5W+1H itu ? Berikut ini adalah penjelasan dan contoh detail mengenai 5W+1H
5W+1H adalah rumus yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mencari inti pokok berita, mengembangkan berita atau sebuah cerita. Mengapa demikian ? Hal ini dikarenakan rumus 5W+1H berisi inti-inti penyusun berita atau cerita tersebut.

Kalimat 5W+1H

What (Apa)

Kata tanya yang pertama dari rumus ini adalah Apa. Kata tanya ini berisi pertanyaan mengenai permasalahan atau hal yang terjadi pada suatu peristiwa. 
Contoh :
  1. Apa yang sebenarnya terjadi?
  2. Apa yang sedang dilakukan olehnya?
  3. Apa yang dibawa oleh si pelaku ?
  4. Apa yang digunakan oleh si pelaku?
  5. Apa yang menyebabkan kejadian itu terjadi?
  6. Apa yang didapatkan olehnya?
  7. Apa permasalahannya?
  8. Apa yang dikatakan olehnya?
  9. Apa yang akan dilakukan olehnya?
  10. Apa pandangan orang lain mengenai peristiwa itu?

Why (Mengapa)

Kata tanya mengapa mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai alasan atau motivasi terjadinya sebuah peristiwa.
Contoh:
  1. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
  2. Mengapa dia melakukan itu?
  3. Mengapa tidak ada yang mengetahui peristiwa itu?
  4. Mengapa dia pergi ke tempat itu?
  5. Mengapa hal itu bisa menjadi pemicu masalah ini?
  6. Mengapa dia mengatakan seperti itu?
  7. Mengapa dia memilih untuk melakukan perbuatan itu?
  8. Mengapa peristiwa itu menjadi sangat heboh?
  9. Mengapa dia tidak melakukan apa yang diperintahkannya?
  10. Mengapa hari itu sangat mencekam?

Who (Siapa)

Kata tanya Siapa mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai pelaku atau orang lain dari sebuah peristiwa yang terjadi.
Contoh :
  1. Siapa yang melakukan perbuatan itu?
  2. Siapa yang menjadi korban dari perbuatan itu?
  3. Siapa yang merasa dirugikan olehnya?
  4. Siapa yang menyuruhnya melakukan perbuatan itu?
  5. Siapa yang menemani dia melakukan perbuatan itu?
  6. Siapa yang terlibat di dalam peristiwa itu?
  7. Siapa yang memberinya alat itu?
  8. Siapa yang tidak mengetahui berita itu?
  9. Siapa yang mengatakan hal itu semua?
  10. Siapa yang datang untuk menyelamatkan kejadian itu?
When (Kapan)
Kata tanya Siapa berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai waktu terjadinya peristiwa, berita atau cerita yang terjadi.
Contoh:
  1. Kapan peristiwa itu terjadi?
  2. Kapan dia melakukan perbuatan itu?
  3. Kapan peristiwa itu mulai terkuak di depan umum?
  4. Kapan dia datang ke tempat itu?
  5. Kapan dia tiba di lokasi kejadian?
  6. Kapan dia bertemu dengan si korban?
  7. Kapan dia menyelesaikan perbuatannya?
  8. Kapan si korban ditemukan?
  9. Kapan dia kembali ke rumahnya?
  10. Kapan dia memanggil teman-temannya?
  11. Kapan peristiwa itu dituntaskan?

Where (Di mana)

Kata tanya di mana mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai tempat atau lokasi sebuah peristiwa terjadi.
Contoh :
  1. Di mana peristiwa itu terjadi?
  2. Di mana berita itu dimuat?
  3. Di mana dia bertemu dengan korbannya?
  4. Di mana dia menyimpan barangnya?
  5. Di mana dia bersembunyi?
  6. Di mana dia tertangkap?
  7. Di mana keberadaan si pelaku saat ini?
  8. Di mana dia ketika kejadian itu berlangsung?
  9. Di mana permasalahan itu pertama kali muncul?

How (Bagaimana)

Kata tanya bagaimana berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengandung cara atau proses berlangsungnya suatu peristiwa.
Contoh:
  1. Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi?
  2. Bagaimana dia melakukan perbuatan itu?
  3. Bagaimana dia bertemu dengannya pertama kali?
  4. Bagaimana reaksi dirinya ketika diberikan pertanyaan itu?
  5. Bagaimana cara memecahkan masalah ini?
  6. Bagaimana pendapat masyarakat tentang masalah ini?
  7. Bagaimana caranya mengungkapkan peristiwa itu?
  8. Bagaimana kisah dirinya?
  9. Bagaimana dia menyelesaikan semua pekerjaannya?
  10. Bagaimana caranya berita itu bisa terungkap?

Demikianlah kalimat-kalimat pertanyaan 5W+1H yang biasa digunakan untuk menemukan atau mengembangkan pokok-pokok atau inti dari sebuah berita atau peristiwa.

kalimat efektif

Kalimat efektif yaitu kalimat yang bisa mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga bisa dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Pengertian kalimat efektif yaitu kalimat yang dapat mengungkapkan ide, pesan, atau keinginan pembicara atau penulis dengan sederhana. Tujuan kalimat efektif yaitu supaya pembaca atau pendengar bisa mengerti apa yang disampaikan pembicara atau penulis dengan jelas dan baik. Selain itu, pemakaian kalimat efektif dalam suatu aktivitas bisa menghemat waktu. Kalimat efektif bisa digunakan dalam kegiatan diskusi, pidato, wawancara, karya tulis, dan sebagainya.
Kalimat efektif haruslah mempunyai satu makna saja. Selain itu, kalimat efektif harus bisa mewakili secara benar isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia bisa mewakilinya secara segar serta mampu menarik perhatian pembaca. Kalimat efektif juga mempunyai kemampuan untuk memperlihatkan kembali bebrapa ide pada pikiran pendengar atau pembaca yang sama dengan apa yang ada dipikiran pembicara atau penulis.
Kalimat efektif yaitu suatu kalimat yang dapat mengemukakan gagasan utamanya pada para pembaca atau pendengarnya. Oleh karenanya, kalimat efektif merupakan kalimat yang baik lantaran tujuan utamanya dapat tersampaikan dengan tepat dan jelas.
kalimat efektif

Aturan Pemakaian Kalimat Efektif
Tetapi, tahukah Anda tak semua kalimat yang sering kita pakai dalam percakapn sehari-hari adalah kalimat efektif? Bahkan mungkin saja tanpa kita sadar kita sering memakai kalimat-kalimat tak efektif. Walau sebenarnya, untuk membuat suatu kalimat efektif, ada beberapa syarat atau indikator yang perlu dipenuhi, diantaranya yaitu :
  1. Kesatuan Gagasan

    Memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.

    Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
Kesatuan dalam kalimat efektif artinya kalimat tersebut harus memiliki ide pokok atau minimal memiliki subjek dan predikat.
Contoh :
Kalimat tidak efektif
  • Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
Kalimat efektif
  • Mahawiswa yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
  1. Kesejajaran
    Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
  • Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.

Kalimat itu harus diubah :

  • Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
  • Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kesejajaran berarti adanya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. unsur pembentuk kalimat terdiri dari kata, frasa, dan tanda baca.
Contoh :
Kalimat tidak efektif
  • Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat ijin menemudi
Kalimat efektif
  • Setiap pengemudi harus memiliki surat ijin mengemudi.
  • Berdasarkan catatan aku masuk daftar orang yang cukup pintar.
Kalimat di atas tidak efektif karena unsur subjek tidak sesuai dan belum mendukung gagasan utamanya. Seharusnya kalimat di atas ditulis sebagai berikut:
  • Aku masuk daftar orang yang cukup pintar berdasarkan catatan.
  1. Kehematan

    Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Kehematan berarti hemat dalam pemakaian kata atau kelompok kata. 
  • Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
  • Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
  • Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
Contoh :
Kalimat tidak efektif
  • Hanya ini saja yang dapat aku berikan kepadamu.
  • Budi naik ke atas bersama Dian.
Kalimat efektif
  • Ini saja yang dapat aku berikan padamu.
  • Budi naik bersama Dian
  • Kertas-kertas itu terbang ke atas setelah ditiup oleh angin.
  • Para siswa-siswi kelas 3 akan mengikuti kegiatan try out minggu depan.
  • Mobil Andi mundur ke belakang karena tidak kuat menanjak tanjakan itu.
  • Adik naik ke atas pohon jambu untuk mengambil layangan yang nyangkut.
  • Ayah membelikan aku buku berwarna biru kemarin.
Kalimat-kalimat di atas tidak efektif karena menggunakan kata-kata yang tidak perlu misalnya, kata ke atas, para, ke belakang, dan berwarna sudah digantikan dengan kata-kata terbang, siswa-siswi, mundur, dan biru.
Seharusnya kalimat tersebut adalah:
  • Kertas-kertas itu terbang setelah ditiup oleh angin.
  • Siswa-siswi kelas 3 akan mengikuti kegiatan try out minggu depan.
  • Mobil Andi mundur karena tidak kuat menanjak tanjakan itu.
  • Adik naik pohon jambu untuk mengambil layangan yang nyangkut.
  • Ayah membelikan aku buku biru kemarin.
  1. Penekanan

    Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.

Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.






  • Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
    Contoh :
    1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
    2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
    3. Bisakah dia menyelesaikannya?
  • Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
    Contoh :
    Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
  • Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
    Contoh :
    1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
    2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
Contoh lain:
  • Dia yang bertangung jawab dengan semua ini.
Kalimat di atas seharusnya menggunakan artikel –lah, sehingga gagasan utamanya bisa lebih tepat tersampaikan. Seharusnya kalimat tersebut di tulis sebagai berikut:
  • Dialah yang harus bertanggung jawab dengan semua ini.
  1. Kelogisan

    Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
  • Waktu dan tempat saya persilakan. 
  • Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
  • Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh lain:
  • Ayam bakar pak saleh sedang dikerubuni oleh orang-orang lapar.
  • Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak masuk akal. Bagaimana bisa seekor ayam membakar pak Saleh. Yang dimaksud kalimat tersebut bukanlah ayam yang sedang membakar Pak Saleh, tetapi warung makan yang menjual ayam bakar.
Seharusnya kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
  • Rumah makan ayam bakar milik pak Saleh sedang dikerumuni oleh orang-orang lapar.
Contoh kalimat efektif :
  • Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
    Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
  • Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
    Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung
Kelogisan berarti kalimatnya memiliki arti yang logis/ masuk akal. Tujuannya agar kalimat tidak mengandung dua arti.
Contoh :
Kalimat tidak efektif
  • Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57
Kalimat efektif
  • Hari Kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia.
  1.  Kepararelan

Kepararelan berarti adanya pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu. Jika unsur utama menggunakan kata kerja, selanjutnya harus menggunakan kata kerja. Jika menggunakan kata benda maka seterusnya harus menggunakan kaya benda.
Contoh :
Kalimat tidak efektif
  • Kakakmu menjadi dosen atau sebagai guru?
Kalimat efektif
  • Kakakmu menjadi dosen atau menjadi guru?
  • Ibu menyuruh Tika untuk, memasak, mencuci, dan sapu halaman rumah di hari minggu.
Kalimat di atas tidak efektif karena struktur yang tidak pararel. Pada bagian pemerian semua menggunakan kata kerja, kecuali sapu yang merupakan kata benda.
  • Seharusnya kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
  • Ibu menyuruh Tika untuk, memasak, mencuci, dan menyapu halaman rumah di hari minggu.
  1. Ketepatan 

Ketepatan berarti kesesuaian/ kecocokan pemakaian unsur-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang pasti.
Contoh :
Kalimat tidak efektif
  • Dinda setiap hari belajar dari pagi hingga larut malam.
Kalimat efektif 
  • Dinda setiap hari belajar dari pagi sampai larut malam.
  1. Tidak Ambigu

Kalimat yang menimbulkan makna atau tafsir ganda disebut juga dengan kalimat yang tidak efektif. Hal ini dikarenakan kalimat tersebut tidak bisa menyampaikan gagasan yang sebenarnya kepada para pembaca atau pendengarnya.
Contoh:
  • Para siswa baru mengikuti kegiatan pesatren kilat di sekolah.
  • Kalimat tersebut ambigu karena ada dua makna yang dihasilkan, yaitu apakah murid baru yang mengikuti kegiatan pesantren kilat di sekolah, ataukah para murid barus saja mengikuti kegiatan tersebut.
  • Seharusnya kalimat tersebut adalah sebaagi berikut ini:
  • Para siswa yang masih baru mengikuti kegiatan pesantren kilat di sekolah.
  • Para siswa baru saja mengikuti kegiatan pesantren kilat di sekolah.
  1. Tanda Baca

Kalimat efektif sudah tentu kalimat yang baku. Oleh karena itu, syarat yang terakhir pada kalimat efektif adalah harus mengikuti kaidah yang telah ditentukan dalam EYD.
Berdasarkan buku Komposisi (Keraf, 2001 : 36) ada beberapa syarat yang dapat juga dipakai dalam menulis pengertian kalimat efektif serta contoh kalimat efektif. Syarat-syarat tersebut yaitu :
  1. Kesatuan ide artinya kalimat itu harus mempunyai satu ide pokok. Dalam laju kalimat tak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tak ada hubungannya.
  2. Koherensi yang kompak artinya ada hubungan timbal balik yang baik dan jelas pada unsur-unsur (kata/kelompok kata) yang membentuk sebuah kalimat. Ada beberapa beberapa bagian kalimat yang mempunyai hubungan lebih erat, hingga tidak bisa dipisahkan.
  3. Penekanan, artinya kata yang dipentingkan harus mengalami penekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain yang kurang dianggap penting.
  4. Variasi, artinya suatu usaha yang bertolak belakang dengan repetisi. Variasi tak lain daripada menganekaragamkan bentuk-bentuk bahasa supaya tetap terpelihara minat dan perhatian orang.
  5. Paralelisme, artinya menempatkan beberapa ide yang memiliki kepentingan dan kegunaan yang sama ke dalam suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama. Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberikan kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan beberapa bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
  6. Penalaran, artinya dalam menulis atau menyampaikan sesuatu jalan pikiran pembaca ikut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang. Kalimat yang disampaikan pembicara harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat atau penalaran.

Pengertian Penulisan Ejaan dan Tanda Baca Serta Conto

 
 
 
 
 

I. Konsepsi Ejaan

EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Pengertian senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasarkan konsepsi ejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan
  1. pemakian huruf vocal dan konsonan,
  2. penggunaan huruf capital dankursif,
  3. penulisan kosakata dan bnetukan kata,
  4. penulisan unsure serapan afiksasi dan kosakata asing, dan
  5. penempatan dan pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang Disempurnakan sejak1972.
Pengertian, Macam, Penulisan Ejaan dan Tanda Baca Serta Contoh
Pengertian, Macam, Penulisan Ejaan dan Tanda Baca Serta Contoh

Macam-macam Jenis Ejaan yang Pernah Dipakai Bangsa Indonesia

Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen: Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
  1. Huruf (u) ditulis (oe).
  2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
  3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
  4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
  5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
  6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
  7. Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
  8. Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
  9. Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi:
  1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u). Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
  2. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.
  3. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
  4. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya : a. Berlari-larian, b. Berlari2-an.
  5. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya : a. Tata laksana, b. Tata-laksana, c. Tatalaksana
  6. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
Ejaan Malindo Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Pemakaian Huruf
Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak. Ejaan Suwandi hanya menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa Indonesia yang tlah Disempurnakan menggunakan 26 huruf.Jumlah huruf dalam abjad ada 26 buah.Ini berarti ejaan kita sekarang telah memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam abjad.Kebijakan ini merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa Indonesia.

Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian huruf ini ialah tentang pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan sekarang ini telah disebutkan tentang pelafalan huruf abjad yang dipakai dalam Bahasa Indonesia. Secara terperinci, huruf-huruf serta nama dan bunyinya sebagai berikut.
Huruf
Nama
Bunyi yang dilambangkan
A
A
A
B
Be
B dan P
C
Ce
C
D
De
D dan T
E
E
E
F
Ef
F
G
Ge
G dan K
H
Ha
H
I
I
I
J
Je
Je
K
Ka
K dan G
L
El
L
M
Em
M
N
En
N
O
O
O
P
Pe
P
Q
Ki
K
R
Er
R
S
Es
S
T
Te
T
U
U
U
V
Ve
F
W
We
W
X
Eks
Ks
Y
Ye
Y
Z
Zet
Z
Selain huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga dikenal Huruf Diftong. Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang dirangkap dalam satu suku kata. Di antara dari huruf-huruf diftong tersebut ialah:
Huruf Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Awal
Tengah
Akhir
Ai
Au
Oi
Ei
Ain
Aula
Syaitan
Saudara
Boikot
Pleistosen
Pandai
Harimau
Amboi
Survei
Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat gabungan huruf konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya adalah:
Gabungan Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Awal
Tengah
Akhir
Kh
Ng
Ny
Sy
Khusus
Ngilu
Nyata
Syarat
Akhir
Bangun
Hanyut
Isyarat
Tarikh
Senang

II. Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan

Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya

(1) Pemakaian abjad, huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad.
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya
(a) Tandatitik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik dua (:),
(d) Tanda titik koma (;)
(e) Tanda titiktitik/ellipsis(….),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((….)),
(i) Tanda hubung (-),
(j) Tanda pisah (--),
(k) Tanda petik tunggal (‘…’),
(l) Tanda petik ganda (“…”),
(m) Tanda kurung siku ([…]),
(n) Tanda ulang angka dua (…..2),
(p) Tanda apostrof (‘….)

Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD. Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.

Sekian pembahasan materi mengenai Pengertian Penulisan Ejaan dan Tanda Baca Serta Contoh  yang meliputi pembahasan tentang konsepsi ejaan, kaidah penempatan ejaan dalam penulisan serta penempatan ejaan dan tanda baca beserta dengan contoh dalam kalimat, semoga dapat membantu sobat dalam belajar.

kalimat tanya retorik dan tersamar

Retorik Dan Tersamar

Pengertian Pertanyaan Retorik, Tersamar Beserta Tujuan Dan Contohnya– Kalimat tanya dapat disampaikan dengan berbagai tujuan, dan tidak hanya untuk mendapatkan suatu informasi dari orang lain, misalkan kalomat tanya retorik dan tersamar. Dari dua jenis kalimat tersebut memiliki beragam tujuan. Untuk lebih jelas kamu dapat memahami penjelasan berikut ini.

Kalimat Tanya Retorik

Kalimat ini adalah sebuah kalimat yang tidak perlu mengeluarkan sebuah jawaban. Kalimat ini sering dipakai oleh seseorang dengan bermacam alasan, Contoh :
  • Ingin menandaskan maksud saja
Misalnya: Apakah kamu heran dengan kondisi perekonomian keluargamu saat ini?
  • Dalam keadaan emosi tidak menentu
Misalnya: Apakah kamu senang dengan kamu tidak belajar sehingga tidak naik kelas?
  • Ingin meyakinkan
Misalnya: Senangkah kamu tinggal dirumah yang mewah dan megah ini
  • Ingin menguji orang yang ditanya karena sesungguhnya si penanyaa sudah mengetahui jawabannya
Misalnya: Kau pasti senang ya, Hasil Ujian Nasilonal nilainya delapan semua?
Untuk berinteraksi dengan orang lain, kamu memerlukan kepekaan untuk menilai apakah pertanyaan yang di ajukan merupakan pertanyaan retorik atau bukan. Oleh sebab itu, lebih baik kamu dapat mengetahui ciri-ciri kalimat retorik yang di contohkan sebagai berikut:
  1. Menggunakan tanda tanya (?).
  2. Menggunakan kata tanya, seperti: apakah, mengapa, siapa, bagaimanakah, dimana, dan kapan.
  3. Disampaikan dengan intonasi naik.
  4. Tidak memerlukan jawaban
Contoh kalimat tanya
Contoh kalimat tanya

Mengajukan Pertanyaan Tesamar

Kalimat memiliki beberapa tujuan selain untuk dapat mengenali sebuah informasi. Tujuan tersebut diantaranya ialah
  • Menyuruh
Pada kalimat ini,, kalimat yang dipakai bernadakan suruhan dari atas kebawahan, dari dewasa ke yang muda atau dari majikan ke pembantunya. Misalnya: Apakah kamu mau membelikan makanan untuk aku, Dik?
  • Menyindir
Kalimat ini tidak langsung mengenai sasaran, sebab kalimat ini bersifat sebuah sindiran. Misalnya: Biar tau rasa dia, apa harus seperti anak seorang pejabat.
  • Merayu
Kalimat ini disampaikan dengan cara yang halus atau merayu untuk meluluhkan hati orang yang dituju. Misalnya: Ayolah, jangan marah kepada ku. Apa kamu tidak merasakan getaran cinta dihatiku.
  • Meyakinkan
Kalimat tanya yang dimaksudkan untuk meyakinkan orang lain untuk memberikan suatu hal atau informasi. Misalnya: Aku sangat menyukai inovasinya, mana bisa aku tidak mendukungnya.
  • Mengajak
Mengajak seseorang pun dapat dilakukan dengan tersamar dengan memakai kalimat tanya. Misalnya: Kamu bersedia menjadi pengurus sekolahan kita?
  • Meminta
Untuk meminta seseorang agar melaakukan suatu tindakan tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan kalimat tanya sehingga tujuan untuk meminta tersebut mejadi tersamar dan terkesan lebih halus. Misalnya: Siapa yang hendak menjawabnya?
  • Meyanggah
menyanggah kalimat orang lain juga dapat dengan menggunakan kalimat tanya. Misalnya: Sepertinya kalian berbeda pandangan, ya?

Kalimat verbal dan nonverbal

animasi  bergerak gif

Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Kalimat non-verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata kerja, tetapi kata benda (nomina), kata sifat (adverbia), ataupun jenis kata lainnya.

Kalimat verbal pun ada dua macam, yaitu kalimat verbal transitif dan kalimat verbal intransitif. Kalimat verbal transitif adalah kalimat yang predikatnya memerlukan obyek sedangkan kalimat verbal intrasitif adalah kalimat yang predikatnya tidak memerlukan obyek.

Contoh:
a.Kalimat verbal transitif
1. Adik menyanyikan sebuah lagu.
2. Kakak sedang memasak air di dapur.
Keterangan:
menyanyikan dan memasak merupakan predikat yang berupa verba (kata kerja),
 
lagu dan air merupakan obyek


b. kalimat verbal intransitif
1. Adik sedang bernyanyi.
2. Kakak meringis kesakitan.
Keterangan:
bernyanyi dan meringis merupakan predikat yang berupa kata kerja (verba) intransitif


c. Kalimat non-verbal
1. Ayahku seorang polisi.
2. Ibuku sangat cantik.
Keterangan:
seorang polisi merupakan predikat yang berupa kata benda,
 
sangat cantik merupakan predikat yang berupa kata sifat.
animasi  bergerak gif
Informasi Verbal dan Nonverbal
Informasi Nonverbal
Informasi dapat di sajian dalam bentuk nonverbal atau bentuk visual
Seperti :
☻ Bagan ~ Gambaran secara analisis dan statistik.
☻ Grafik ~ Lukisan pasang surut.
☻ Diagram ~ Gambaran untuk menerangkan sesuatu.
☻ Matrik ~ Tabel yang di susun dalam lajur dan jajaran.
☻ Tabel ~ Daftar yang berisi iktisar sejumlah data informasi.
☻ Peta ~ Representasi yang menyatakan batas sifat permukaan.                                            
☻ Denah ~ Gambar yang menyatakan letak kota.
A.    Matriks
Matriks adalah informasi yang disampaikan melalui kolom dan baris. Untuk memahami isi matriks, kita harus:
·         Memperhatikan judul matriks atau table
·         Mencermati informasi setiap kolom atau baris
·         Mencermati angka-angka dalam matriks
Contoh:
            Penelusuran Alumni SMK PARAMITHA 1 Tahun 2010
No.
Status
Jumlah
1.
PNS
2
2.
Wirausaha
58
3.
Pegawai Swasta
75
4.
Kuliah
50
5.
Kursus
10
 6.
Menganggur
5
Jumlah
200
B.     Grafik
Grafik adalah visualisasi matriks atau table dalam bentuk gambar atau garis. Ada beberapa macam grafik, antara lain: grafik batang, grafik garis, dan grafik lingkaran.
·         Grafik batang digunakan untuk membedakan tingkat atau nilai dari beberapa aspek.
·         Grafik garis digunakan untuk mengetahui perkembangan sesuatu.
·         Grafik lingkaran digunakan untuk menggambarkan persentase dari nilai total.

C.    Bagan/Diagram
Bagan gambar suatu rancangan atau skema. Ada beberapa macam bagan, antara lain:
·         Bagan pohon: bagan yang mengilustrasikan proses yang memusat.
·         Bagan oragnisasi: gambar yang menunjukkan tata hubungan berbagai posisi dalam perusahaan, biasanya memperlihatkan cara pembagian tanggung jawab.
·         Bagan kisaran: bagan yang digunakan dalam pengawasan mutu untuk menunjukkan keberagaman mutu barang yang dihasilkan dalam proses produksi.
·         Bagan arus: bagan yang terdiri atas garis dan panah yang menunjukkan/menggambarkan suatu proses.
·         Bagan arus data: gambar urutan operasi yang dijalankan dalam mengolah data dan menunjukkan data yang diolah setiap saat, biasanya menggabarkan seluruh system olah data.
  
   D.    Jadwal
Jadwala adalah pembagian waktu berdasarkan rencana urutan kerja; daftar atau table kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang terperinci.
Contoh jadwal kereta api dari Stasiun Balapan Solo.
No.
Nama kereta
Tujuan
Berangkat
Tiba
1.
Tirtonadi
Jakarta
19:00
07:00
2.
Senja Utama
Jakarta
17:00
10:00
3.
Argolawu
Jakarta
08:30
15:00
4.
Purbaya
Purwokerto
13:00
19:00
5.
Mutiara Selatan
Bandung
23:00
06:00
Yang harus dilakukan dalam pengalihan informasi nonverbal ke verbal, yaitu:
1.         Memperhatikan secara global.
2.         Membaca judul dan subjudul yang ada .
3.         Meperhatikan lambang lambang yang digunakan.
4.         Menafsirkan hubungan antar  bagian atau sel serta hubungan secara  menyeluruh.
5.         Merumuskan hubungan makna antar bagian tersebut dalam bentuk kalimat.